Psikosis adalah kondisi ketika penderitanya mengalami kesulitan dalam membedakan kenyataan dan imajinasi. Kondisi ini ditandai dengan munculnya halusinasi dan waham (delusi).
Psikosis terjadi karena adanya gangguan di otak yang memengaruhi cara kerja otak dalam memproses informasi. Kondisi ini mengubah cara penderitanya dalam berpikir dan berperilaku.
Psikosis dapat menganggu kehidupan penderitanya. Oleh sebab itu, kondisi ini harus ditangani dengan tepat. Caranya adalah dengan psikoterapi atau pemberian obat-obatan.
Penyebab Psikosis
Psikosis sebenarnya adalah salah satu gejala penyakit mental. Namun, belum diketahui secara pasti bagaimana psikosis muncul pada penyakit mental.
Berikut ini adalah jenis penyakit mental yang dapat memiliki gejala psikosis:
- Skizofrenia
- Depresi berat
- Gangguan bipolar
- Gangguan delusi
Episode psikotik yang dialami seseorang sering kali dipengaruhi oleh jenis penyakit mental yang dialami. Misalnya, penderita gangguan bipolar lebih cenderung memiliki delusi kebesaran, sedangkan penderita depresi atau skizofrenia lebih mungkin memiliki delusi penganiayaan.
Selain pada penyakit mental, psikosis juga dapat terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada otak, atau penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi pada otak. Contoh penyakit tersebut adalah:
- Penyakit Parkinson
- Penyakit Huntington
- HIV/AIDS
- Sifilis
- Malaria
- Penyakit Alzheimer
- Lupus
- Multiple sclerosis
- Cedera otak
- Tumor atau kista otak
- Stroke
- Demensia
Faktor Risiko Psikosis
Walaupun belum diketahui penyebab pastinya, berikut ini adalah beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami psikosis:
- Memiliki anggota keluarga dengan riwayat psikosis atau gangguan jiwa lainnya
- Mengalami peristiwa traumatis, seperti kematian orang terdekat atau pelecehan seksual
- Memiliki riwayat penyalahgunaan NAPZA atau kecanduan alkohol
- Memiliki riwayat penyakit mental dan fisik atau cedera yang membutuhkan pengobatan jangka panjang
Gejala Psikosis
Gejala utama psikosis adalah kemunculan delusi dan halusinasi, yang berkembang seiring berjalannya waktu. Meski terkadang dapat mereda, gejala ini tidak sembuh sepenuhnya.
Delusi atau waham adalah keyakinan yang kuat terhadap sesuatu yang tidak nyata. Ada berbagai macam tipe waham yang bisa terjadi pada psikosis, antara lain:
- Waham erotomania, yaitu keyakinan bahwa seseorang (biasanya orang yang penting atau terkenal) mencintai dirinya
- Waham kebesaran, yaitu keyakinan bahwa dirinya adalah seseorang yang cerdas, berkuasa, atau berkedudukan tinggi
- Waham cemburu, yaitu keyakinan bahwa pasangannya tidak setia, tanpa ada bukti yang jelas
- Waham penganiayaan, yaitu keyakinan bahwa dirinya atau orang di sekitarnya diperlakukan tidak adil, dimata-matai, atau hendak dicelakai
- Waham somatik, yaitu keyakinan bahwa dirinya menderita suatu penyakit atau kelainan bentuk fisik
Sementara itu, halusinasi adalah gangguan persepsi yang menyebabkan seseorang melihat, mendengar, merasakan, atau mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada dan tidak dialami orang lain.
Selain delusi dan halusinasi, gejala lain yang dapat muncul ketika seseorang mengalami psikosis meliputi:
- Bicara melantur dan tidak sesuai topik
- Kesulitan berinteraksi dengan orang lain
- Gangguan suasana hati, seperti depresi atau mania
- Kebingungan
- Gangguan tidur
- Kehilangan nafsu makan
- Kehilangan semangat
- Gangguan konsentrasi
- Gelisah
- Keinginan untuk bunuh diri
Kapan harus ke dokter
Berkonsultasilah dengan dokter atau psikiater bila Anda mengalami salah satu atau beberapa gejala psikosis, terutama jika sudah muncul keinginan untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
Konsultasikan ke dokter jika ada anggota keluarga Anda yang terlihat berperilaku aneh, kacau, atau tidak terkendali.
Jalani kontrol rutin ke dokter jika sudah didiagnosis psikosis, sehingga kondisi Anda dapat dipantau.
Diagnosis Psikosis
Untuk mendiagnosis gangguan psikosis, dokter akan melakukan tanya jawab seputar gejala yang dialami dan riwayat kesehatan pasien beserta keluarga, terutama tentang riwayat kesehatan jiwa.
Dokter juga mungkin akan menelusuri sifat dan kepribadian pasien, termasuk perilakunya sejak kecil dan cara pasien untuk menghadapi masalah. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tahu apakah gejala yang dialami pasien disebabkan oleh penyakit atau kekerasan fisik.
Untuk melihat ada tidaknya penyakit lain yang mungkin menjadi penyebab keluhan di atas, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
- Tes darah, untuk mengetahui apakah gejala pada pasien disebabkan oleh kecanduan alkohol atau penggunaan obat-obatan terlarang
- Pemindaian dengan foto Rontgen, CT scan, atau MRI, untuk melihat kemungkinan adanya penyakit di otak
Pengobatan Psikosis
Penderita psikosis harus segera mendapatkan pengobatan. Apabila psikosis tidak segera ditangani, gejalanya akan semakin memburuk. Hal ini akan memengaruhi kehidupan pasien, baik di lingkungan tempat tinggal maupun di pekerjaan.
Metode pengobatan psikosis tergantung pada penyebabnya. Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan yang bisa dilakukan:
Pemberian obat antipsikotik
Dokter akan memberikan obat antipsikotik untuk membantu meringankan gejala utama, yaitu delusi dan halusinasi. Antipsikotik bekerja dengan cara memengaruhi senyawa kimia di dalam otak (neurotransmitter), terutama dopamin.
Obat antipsikotik yang diberikan dapat dalam bentuk minum atau suntik. Pemberian obat-obatan ini harus dengan anjuran dokter, karena dosisnya akan disesuaikan dengan usia dan kondisi pasien.
Beberapa jenis obat antipsikotik yang dapat diberikan dokter untuk pasien psikosis adalah:
- Haloperidol
- Chlorpromazine
- Perphenazine
- Brexpiprazole
- Aripiprazole
- Risperidone
- Quetiapine
- Olanzapine
- Clozapine
Selain obat antipsikotik, dokter juga bisa meresepkan obat antidepresan atau antimania (mood stabilizers), untuk meredakan depresi dan mania, yang sering dialami oleh penderita psikosis. Dokter juga akan memberikan obat penenang, seperti haloperidol suntik atau reserpine, jika gejala yang dialami pasien berisiko melukai diri pasien sendiri atau orang lain.
Psikoterapi
Dokter juga akan menyarankan pasien untuk mengikuti psikoterapi, bersamaan dengan pemberian obat. Tujuannya adalah untuk mengubah pemikiran dan perilaku, serta mengurangi kecemasan yang dialami oleh pasien. Dengan begitu, pasien bisa beraktivitas kembali.
Beberapa metode psikoterapi yang bisa digunakan untuk menangani psikosis adalah
1. Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif dilakukan dengan mengarahkan pasien untuk mengerti dan memahami kondisi yang dideritanya. Tujuannya adalah agar pasien mampu mengendalikan gejala yang dialaminya.
2. Terapi keluarga
Pasien psikosis membutuhkan keluarganya untuk membantunya mengatasi gejala. Namun, keluarga pasien tentu juga membutuhkan dukungan informasi maupun emosional untuk menghadapi psikosis.
Terapi keluarga bertujuan untuk membantu keluarga mengetahui pilihan pengobatan psikosis, mengerti bagaimana cara mendukung pasien, dan memahami cara menyelesaikan masalah yang disebabkan oleh psikosis ketika gejalanya kambuh.
3. Terapi grup
Penderita psikosis juga dapat bergabung dalam kelompok yang anggotanya sama-sama menderita psikosis. Tujuannya adalah agar pasien memahami kondisinya, serta mengetahui cara mencegah dan meredakan gejala psikosis. Kelompok ini biasanya dibimbing oleh psikolog atau psikiater.
4. Terapi peningkatan kognitif
Terapi ini dilakukan dengan menggunakan komputer dan kerja kelompok. Tujuannya adalah untuk membantu pasien berpikir dan memahami sesuatu dengan lebih baik.
5. Perawatan khusus terkoordinasi
Terapi ini menggabungkan pengobatan, psikoterapi, dan dukungan kepada pasien untuk melanjutkan pekerjaan atau pendidikan. Terapi ini diharapkan dapat membantu pasien untuk bisa beraktivitas seperti biasa.
Komplikasi Psikosis
Jika tidak diatasi dengan tepat, penderita psikosis berisiko untuk menelantarkan dirinya sendiri. Kondisi ini membuat penderita psikosis rentan melakukan hal yang ceroboh atau membahayakan dirinya, misalnya menyalahgunakan obat-obatan terlarang atau mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
Halusinasi atau delusi yang dialami oleh penderita psikosis juga dapat mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang berbahaya. Sebagai contoh, halusinasi pendengaran bisa saja menyuruh penderita untuk bunuh diri atau melakukan hal yang berbahaya.
Pencegahan Psikosis
Psikosis tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat menurunkan risiko terjadinya psikosis dengan melakukan beberapa cara berikut:
- Mengobati penyakit yang berisiko menimbulkan psikosis
- Menghindari kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, dan menyalahgunakan NAPZA
- Menceritakan pada keluarga, teman, atau psikolog tentang hal-hal yang membuat Anda trauma atau cemas
- Melakukan relaksasi untuk mengatasi stres, misalnya dengan yoga atau pilates
- Tidur yang cukup
- Berolahraga secara teratur